BAB
II
KERANGKA
TEORI
A.
Resensi
a. Pengertian Resensi
Resensi secara bahasa artinya
pertimbangan atau perbincangan (tentang) sebuah buku (WJS.
Poerwadarminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984:821).
Perbincangan dimaksud berupa sebuah tulisan yang dimuat disurat kabar atau
majalah, berisi penilaian tentang kelebihan atau kekurangan sebuah buku,
menarik- tidaknya tema dan isi buku, kritikan dan memberi dorongan kepada
khlayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimilik atau dibeli.
Menurut Keraf, resensi adalah suatu
tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Sejalan dengan
pendapat Keraf, Menurut Isdriani K. Pudji, resensi adalah tulisan mengenai
nilai sebuah hasil karya atau buku. Pendapat yang senada juga disampaikan oleh
Oktavianawati, yang mengatakan bahwa “resensi adalah suatu tulisan atau ulasan
mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film,
kaset, CD, VCD, maupun DVD.
b. Struktur Tulisan
Resensi
Sebuah
tulisan resensi buku biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Pertama,
bagian pendahuluan. Berisi informasi objektif atau identitas buku. Meliputi
judul, penulis, penerbit dan tahun terbitnya, jumlah halaman, dan bila perlu
harga buku tersebut.
contoh:
Judul Buku : Zaman Baru Islam Indonesia (Pemikiran dan
Aksi Politik Abdurrahman Wahid, M.
Amien Rais, Nur Cholis Madjid, Jalaludin Rakhmat)
Penulis : Dedy Djamaluddin Malik & Idi Subandy Ibrahim
Pengantar : Mohammad Sobary
Penarbit : Zaman Wacana Mulia, Bandung
Cetakan : Pertama, Januari 1998
Tebal :
337 Halaman
Judul resensi buku
setidak-tidaknya bisa menggambarkan keseluruhan isi buku. Judul harus ilmiah
populer, sebab bahasa media itu ilmiah populer.
Kedua,
bagian isi. Berisi ulasan tentang tema atau judul buku, paparan singkat isi
buku (mengacu kepada daftar isi) atau gambaran tentang keseluruhan isi buku,
dan informasi tentang latar belakang serta tujuan penulisan buku tersebut.
Ketiga, bagian
penutup. Pada bagian ini peresensi menilai bobot (kualitas) isi buku tersebut
secara keseluruhan, menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, memberi
kritik atau saran kepada penulis dan penerbitnya (misalnya menyangkut cover,
judul, editing).
c. jenis-jenis dalam
resensi
Saryono membagi resensi
buku berdasarkan sudut pandang atau sudut tinjauannya. Berdasarkan sudut
pandang atau sudut tinjauan yang digunakan, resensi di bagi lagi menjadi dua,
yaitu:
1. Resensi
berdasarkan media atau forum sajiannya.
2. Resensi
berdasarkan isi resensi atau isi sajiannya.
Berdasakan media atau
forumnya, resensi buku dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Resensi
ilmiah,
2. Resensi ilmiah
populer
Hal yang membedakan
kedua resensi tersebut adalah bahasa dan tatacara penulisan yang digunakan.
Sedangkan berdasarkan isi sajian
atau isi resensinya lebih lanjut ia mengemukakan bahwa resensi buku digolongkan
menjadi tiga jenis yaitu:
1.
resensi
informatif
Resensi informatif
hanya berisi informasi tentang hal-hal dari suatu buku. Pada umumnya, isi
resensi informatif hanya ringkasan dan paparan mengenai apa isi buku atau
hal-hal yang bersangkutan dengan suatu buku.
2.
Resensi
evaluatif
Resensi evaluatif lebih
banyak menyajikan penilaian peresensi tentang isi buku atau hal-hal yang
berkaitan dengan buku. Informasi tentang isi buku hanya disajikan sekilas saja
bahkan kadang-kadang hanya dijadikan ilustrasi.
3.
Resensi
informatif-evaluatif
Resensi
informatif-evalautif merupakan perpaduan dua jenis resensi yaitu resensi
informatif dan resensi evaluatif. Resensi jenis ini disamping menyajikan sebauh
ringkasan buku atau hal-hal penting yang ada di buku juga menyajikan penilaian
peresensi tentang isi buku.
Dari ketiga jenis
resensi tersebut, jenis resensi ketigalah yang paling ideal karena bisa memberikan
laporan dan pertimbangan secara memadai.
Masing-masing bentuk
resensi akan memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri-sendiri. Adapun
bentuk resensi dapat digolongkan sebagai berikut.
1. Meringkas
2. Menjabarkan
3. Menganalisis
4. Membandingkan
(Komparasi)
5. Memberi
penekanan
d. Teknik Penulisan
Resensi
Prinsip meresensi buku
adalah mencari tema pokok dari buku itu. Caranya ialah dengan memberi uraian
dalam bentuk ringkasan, ulasan, atau kajian dari setiap persoalan yang
berkaitan erat dengan tema buku itu. Sebelum meresensi sebuah buku, yang perlu
dilakukan adalah memahami buku tersebut dengan cara membacanya.
Untuk lebih cepat dalam
memahami sebuah buku dapat diikuti beberapa saran sebagai berikut:
1. Baca
kata pengantar dan pendahualuan.
2. Lihat
daftar isi
3. Baca
ringkasan buku yang biasanya terdapat pada sampul belakang
4. Pilih
hal-hal yang dianggap penting.
5. Catat hal-hal
yang dianggap penting.
Cara lain agar cepat
memahami sebuah buku adalah dengan berlatih membaca efektif. Yakni bisa
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Selection,
yakni dengan memilih masalah yang pokok dan esensinya saja dari buku yang kita baca.
2. Skipping,
yakni dengan melompati (melewati) bagian-bagian yang kurang penting.
3. Scanning,
yakni membaca sepintas lalu dengan cepat tetapi sambil memperhatikan dengan
teliti dan memandai bagian-bagian yang penting dari buku yang kita baca.
Sebelum membuat resensi
ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan menurut Fauzi Rahman,
diantaranya adalah:
1. Mempunyai
minat yang besar untuk menekuni dunia resensi buku lebih dulu harus mempelajari
peta, karakter, dan misi masing-masing media masa yang mempunyai rubrik
resensi.
2. Sebelum
menulis resensi seorang penulis lebih dulu harus tahu istilah-istilah rubrik
resensi masing-msing media masa.
3. Buku
atau film yang hendak kita resensi hendaknya buku terbitan terbaru.
4. Dalam
meresensi buku yang penting kita paparkan adalah sesuatu yang kita anggap
menonjol, baru, dan mampu mewakili seluruh isi buku.
5. Tidak
kalah pentingnya pula adalah ketekunan penulis untuk mengamati rutin rubrik
resensi masing-masing media.
Dalam menulis sebuah
resensi diperlukan tehnik yang termudah untuk meresensinya. Tehnik-tehnik
tersebut tidak lepas dari langkah-langkah membuat resensi, berkenaan dengan itu
Daniel (1997:6-7) memnerikan langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
1. Penjajakan
atau pengenalan terhadap buku yang akan diresensi.
2. Membaca
buku yang akan diresensi secara komprehensif, cermat, dan teliti.
3. Menandai
bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian
yang dikutip untuk dijadikan data.
4. Membuat
sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.
5. Menetukan
sikap dan menilai hal-hal yang berkenaan dengan organisasi penulisan, bobot
ide, aspek bahasanya dan aspek teknisnya.
Dalam menulis resensi
sebuah karya baik itu buku ataupun film selain memperhatikan teknik penulisan
resenstor atau orang yang menulis resensi harus memahami dasar-dasar dalam
menulis resensi, seperti yang dianjurkan oleh Samsul (2003), yaitu:
Pertama, memahami atau
menagkap tujuan (maksud) pengarang dengan karya yang dibuatnya. Berhasil atau
tidaknya kita menagkap tujuan dari sang penulis akan menentukan bagus atau
tidaknya resensi kita.
Kedua, memiliki tujuan
dalam membuat resensi buku. Seperti dasar menulis artikel pada umumnya, sebuah
tulisan harus didasarkan sebuah tujuan. Begitu juga dengan resensi. Tujuan itu
bisa berupa mengajak orang-orang untuk inkut membaca buku itu, ataupun bisa
sebagai kritik dan masukan bagi sang penulis.
Ketiga, harus mengenal
atau mengetahui selera dan tingkat pemahaman dari para pembaca. Sebuah resensi
buku Das Kapital-nya Karl Marx tidak akan sesuai untuk pembaca koran
lokal. Dengan memahami selera dan tingkat pemahaman pembaca media masa yang
dituju, kita dapat menyesuaikan pemilihan buku dan gaya tulisan yang dapat
diterima mereka.
Keempat, mempunyai
pengetahuan dan menguasai disiplin ilmu pengetahuan sebagai tolak ukur ketika
mengemukakan keunggulan dan kelemahan buku. Menguasai berbagai pengetahuan akan
mempermudah kita menulis resensi yang memadai sesuai dengan katagori buku
tersebut. Seperti menulis resensi tentang ekonomi tentunya kita harus mempunyai
wawasan dan pengetahuan mengenai bidang tersebut.
Kelima, jadilah
pengamat buku sekaligus kolektor buku. Bagus atau tidaknya sebuah buku akan
relatif berbeda tiap orang. Memberikan perbandingan dengan buku lain akan
mempermudah kita dan pembaca dalam menentukan tolak ukur kadar kualitas buku
yang diresensi.
B.
Penggunaan dan Tata Tulis Ejaan
Dasar yang paling baik untuk melambangkan bunyi
ujaran atau bahasa adalah satu bunyi ujaran yang membedakan arti dilambangkan
dengan satu lambang tertentu. Lambang yang dipakai untuk mewujudkan bunyi
ujaran itu biasa disebut huruf. Dengan huruf-huruf itulah manusia dapat menuliskan
gagasan yang semula hanya disampaikan secara lisan.
Ejaan yang berlaku
dalam bahasa Indonesia sekarang menganut sistem ejaan fonemis, yaitu satu bunyi
dilambangkan dengan satu tanda (huruf). Akan tetapi, kenyataannya masih
terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem (bunyi)
yang masih dilambangkan dengan dua tanda, yaitu /ng/, /ny/, /kh/, dan /sy/.
Sebaliknya, ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda saja, yaitu /e/
pepet dan /e/ taling. Hal ini dapat menimbulkan hambatan dalam
penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.
a. Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam
ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan dalam bahasa
Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan bunyi
bahasa Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah ketidakteraturan
pengguna bahasa dalam melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan dapat terjadi
karena lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan bunyi yang melambangkan
huruf tersebut.
Kaidah pelafalan bunyi bahasa
Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa lain, terutama bahasa asing,
seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Dalam bahasa
tersebut, satu bunyi yang dilambangkan dengan satu huruf, misalnya /a/ atau /g/,
dapat diucapkan dengan berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fonem
yang ada di sekitarnya.
Hal yang perlu
mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian dan pelafalan huruf pada penulisan
dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan
pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota,
sungai, gunung, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku,
kecuali kalau ada pertimbangan lain. Pertimbangan yang dimaksud ialah
pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan kebebasan memilih
apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang Disempurnakan.
Kaidah pelafalan yang perlu
dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi /h/. Pelafalan bunyi /h/ ada
aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal
yang sama harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata mahal, pohon, luhur,
leher, sihir. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang berbeda
dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran, seperti pada kata tahun,
lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya dilafalkan dengan bunyi
luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak berlaku bagi
kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal bahasa
asalnya, seperti kata mahir, lahir, kohir, kohesi.
b. Pemakaian Huruf
Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan menggunakan 26 huruf didalam abjadnya, yaitu mulai dengan huruf
/a/ sampai dengan huruf /z/. Beberapa huruf di antaranya, yaitu huruf /f/, /v/,
/x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai
secara resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu
tetap dipertahankan dan jangan diganti dengan huruf lain.
c. Pemisahan Suku Kata.
Setiap suku kata bahasa Indonesia
ditandai oleh sebuah vokal. Huruf vokal itu dapat didahului atau diikuti oleh
huruf konsonan. Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada
penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap baris tulisan.
Pengguna bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan
lain, misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau
hanya untuk memudahkan pengetikan. Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah
pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang Disempurnakan seperti berikut
ini.
1) Apabila di tengah kata terdapat dua vokal
berurutan, pemisahan dilakukan di antara vokal tersebut. Contoh:
Main ma-in, taat ta-at
1. Apabila di tengan kata terdapat dua konsonan
berurutan, pemisahan dilakukan di antara kedua konsonan tersebut. Contoh :
ambil am-bil undang un-dang
2. Apabila di tengan kata terdapat konsonan di antara
dua vokal pemisahannya dilakukan sebelum konsonan. Contoh:
bapak ba-pak sulit su-lit
3. Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat
konsonan, pemisahannya dilakukan di antara konsonan pertama dan konsonan kedua.
Contoh:
bangkrut bang-krut instumen in-stru-men
4. Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan
bentuk partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya,
penyukuannya dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh:
minuman mi-num-an bantulah ban-tu-lah
5. Pada akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan
ada huruf yang berdiri sendiri, baik vokal maupun konsonan.
Contoh:
Salah
|
Benar
|
ikut j- uga
masalah i- tu
|
ikut ju- ga
masalah itu
|
6. Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan
diletakkan di bawah huruf dan juga tidak boleh berjauhan dengan huruf, tetapi
diletakkan di samping kanan huruf.
Contoh:
Salah
|
Benar
|
Pengam - bilan.
bela - jar
|
pengam-bilan .
bela-jar
|
C.
Kutipan.
a.
Definisi
Kutipan, sebuah kata yang mungkin
semua orang belum mengetahui maksudnya apa. Disini saya akan mengulas sedikit
mengenai kutipan. Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari
berbagai sumber.
b. Tujuan
Dalam tulisan ilmiah, baik berupa
artikel, karya tulis, skripsi, tesis, dan disertasi selalu terdapat kutipan.
Kutipan adalah pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan. Seorang penulis
tidak perlu membuang waktu untuk menyelidiki suatu hal yang sudah dibuktikan
kebenarannya oleh penulis lain, penulis cukup mengutip karya orang lain
tersebut.
Dengan demikian kutipan memiliki
fungsi sebagai:
a.
landasan teori
b. penguat
pendapat penulis
c. penjelasan
suatu uraian
d.
bahan bukti untuk
menunjang pendapat itu
Berdasarkan fungsi di
atas seorang penulis harus memperhatikan hal-hal berikut:
a.
penulis
mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu
b. penulis
bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan
c. kutipan
dapat terkait dengan penemuan teori
d. jangan
terlalu banyak mempergunakan kutipan langsung
e. penulis
mempertimbangkan jenis kutipan, kutipan langsung atau kutipan tak langsung
f. perhatikan
teknik penulisan kutipan dan kaitannya dengan sumber rujukan
c. Fungsi Kutipan
Kutipan memiliki fungsi
tersendiri. Fungsi dari kutipan adalah sebagai berikut :
a.
Menunjukkan kualitas
ilmih yang lebih tinggi.
b. Menunjukkan
kecermatan yang lebih akurat.
c. Memudahkan
penilaian penggunaan sumber dana.
d. Memudahkan
pembedaan data pustaka dan ketergantungan tambahan.
e. Mencegah
pengulangan penulisan data pustaka.
f. Meningkatkan
estetika penulisan.
g. Memudahkan
peninjauan kembali penggunaan referensi, dan memudahkan penyuntingan naskah
yang terkait dengan data pustaka.
d. Jenis Kutipan
1. Kutipan
langsung
Kutipan Langsung
ialah kutipan yang sama persis dengan teks aslinya,tidak boleh ada
perubahan.Kalau ada hal yang dinilai salah/meragukan,kita beri tanda ( sic! ), yang
artinya kita sekedar mengutip sesuai dengan aslinya dan tidak bertanggung jawab
atas kesalahan itu.
2. Kutipan
tidak lansung ( Kutipan Isi )
Dalam kutipan tidak
langsung kita hanya mengambil intisari pendapat yang kita kutip. Kutipan tidak
langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda
petik. Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki, dapat juga dengan
sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah dicontohkan.
a. Kutipan
pada catatan kaki
b. Kutipan
atas ucapan lisan
c. Kutipan
dalam kutipan
d. Kutipan
langsung pada materi
e. Cara mengutip
tulisan atau artikel dari buku, majalah, surat kabar, atau media cetak lain
adalah sebagai berikut.
1. Kutipan dari buku.
{ Nama pengarang dengan
nama belakang terlebih dahulu jika terdapat gelar letakan paling belakang dan
jika gelar lebih dari satu maka setiap gelar dipisahkan dengan tanda koma }, {
judul lengkap dengan huruf italic atau underline } , { nama kota diterbitkan
buku tersebut }: { nama penerbit, tahun terbit buku tersebut jika tidak ada
bisa memakai tahun buku tersebut dicetak jika keduanya tidak ada boleh tidak
dicantumkan }.
Apabila kutipan lebih dari
satu maka perlu diurutkan sesuai dengan huruf alphabet.
Contoh:
Aksin, M, Merancang Audio Mobil Hi-Fi Stereo System,
Semarang: Effhar, 2002.
2. Kutipan dari majalah, tabloid atau koran.
{ Nama majalah, tabloid atau koran
}, { kata atau serangkaian huruf yang khas }, { nomor edisi lengkap dengan
tahun terbit }, { nama kota diterbitkan majalah tersebut }, { nama penerbit
(jika ada) }.
Contoh:
Bobo,
Majalah Mingguan Anak-Anak, No. 51/1998, Jakarta.
f. Etika Pengutipan di Internet
Internet merupakan salah satu agen
yang makin mempermudah penggandaan suatu karya cipta terutama yang dipasang di
internet. Kemudahan itu pada gilirannya melenakan, membuai kita sehingga pada
saat mengutip lupa untuk memberi penghargaan (acknowledgement) kepada
pengarangnya. Berikut ini format pengutipan sumber-sumber online menurut Modern
Language Association di Amerika.
1.
FTP (File
Transfer Protocol)
Cara penulisan kutipan lewat File
Transfer Protocol adalah sebagai berikut.
- Sertakan nama pengarang (jika ada)
dengan nama belakang terlebih dahulu; judul lengkap; tanggal dokumen; protokol
yang digunakan (dalam hal ini ftp) berikut alamatnya; tanggal akses.
Contoh:
Johnson-Eilola, Johndan., "Little Machines:
Rearticulating Hypertext User." 3 Dec. 1994,
ftp://ftp.daedalus.com/pub/CCCC95/johnson-eilola, (14 Aug 1996).
2.
HTTP
(HyperText Transfer Protocol)
WWW Sites (World Wide Web). Cara
penulisan kutipan lewat File HyperText Transfer Protocol adalah sebagai
berikut.
- Sertakan nama pengarang (jika ada) dengan nama
belakang terlebih dahulu; judul lengkap dalam tanda petik; tanggal dokumen;
protokol yang digunakan (dalam hal ini http) berikut alamat URL-nya; dan
tanggal akses.
Contoh:
Burka, Lauren P, "A Hypertext History of
Multi-User Dimensions.", MUD History. 1993,
http://www.utopia.com/talent/ipb/muddex/essay, (2 Aug. 1996).
Priadi, Prasetyo, Membuat Printed Circuit Board (PCB)
Menggunakan DipTrace, Prasetyo Laboratories. 2008,
http://www.PrasetyoLabs.Co.Cc, (15 Desember 2008).
D.
Catatan
Kaki (Footnote)
Pernyataan
ilmiah yang kita gunakan dalam tulisan kita harus mencakup beberapa hal.
Pertama kita harus mengidentifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut.
Kedua, kita harus pula dapat mengidentifikasikan media komunikasi ilmiah tempat
pernyataan itu dimuat atau disampaikan. Ketiga, harus pula dapat
mengidentifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut serta
tempat dan itu tidak diterbitkan, tetapi disampaikan dalam bentuk seminar, maka
harus disebutkan tempat, waktu dan lembaga yang melakukan kegiatan tersebut.
Sumber yang lengkap
tercantum di dalam daftar kepustakaan. Untuk skripsi/teks sumber dinyatakan
dalam bentuk catatan kaki.
1.
Fungsi Catatan Kaki
Catatan kaki
dicantumkan sebagai pemenuhan kode etik yang berlaku, sebagai penghargaan
terhadap karya orang lain.
2.
Pemakaian
Catatan kaki
dipergunakan sebagai :
a. pendukung
keabsahan penemuan atau pernyataan penulis yang tercantum di dalam reks atau
sebagai petunjuk sumber;
b. tempat
memperluas pembahasan yang diperlukan tetapi tidak relevan jika dimasukkan di
dalam teks, penjelasan ini dapat berupa kutipan pula;
c. referensi
silang, yaitu petunjuk yang menyatakan pada bagian mana/halaman berapa, hal
yang sama dibahas di dalam tulisan;
d. tempat
menyatakan penghargaan atas karya atau data yang diterima dari orang lain.
3.
Penomoran
Penomoran catatan kaki
dilakukan dengan menggurakan angka Arab (1, 2 dan seterusnya) di belakang
bagian yang diberi catatan kaki, agak ke atas sedikit tanpa memberikan tanda
baca apapun. Nomor itu dapat berurut untuk setiap halaman, setiap bab, atau
seluruh tulisan.
4.
Penempatan
Catatan kaki dapat
ditempatkan langsung di belakang bagian yang diberi keterangan ( catatan kaki
langsung) dan diteruskan dengan teks.
E.
Catatan
perut
Catatan
perut Adalah catatan yang dituliskan langsung setelah
kutipan .
Cara
menuliskannya :
1.
Diletakkan
diantara tanda kurung
2. Dimulai dengan nama akhir pengarang
3. Setelah tanda koma diikuti tahun penerbitan
4.
Setelah tanda
titik dua diikuti halamannya
Berikut adalah contoh penulisan
catatan perut
BAB II
LANDASAN TEORI
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hal
yang mutlak dimiliki setiap orang. Menurut Aryaning Arya Kresna (2010: 162),
“Secara spesifik, Hak Asasi Manusia dipahami sebagai hak yang melekat pada diri
manusia, bersifat kodrati dan fundamental, dan merupakan anugerah Tuhan yang
harus dihormati, dijunjung tinggi, dan dihormati oleh setiap orang, masyarakat,
atau negara”. Ia (Kresna, 2010: 164) juga menulis bahwa manusia diberdayakan
untuk memperlakukan sesama manusia secara manusiawi dan sekaligus menolak
praktik-praktik kekuasaan dan hubungan antar manusia dan bangsa yang tidak
manusiawi.
Ada beberapa hal yang
harus Anda perhatikan dalam penulisan daftar pustaka yaitu Anda harus memiliki
data dari buku yang anda gunakan sebagai referensi meliputi nama pengarang,
tahun buku itu dikarang, judul karangan, kota terbit dan penerbit karangan
tersebut.
Berikut ini beberapa panduan untuk menulis daftar pustaka yang baik:
1. Nama penulis diurutkan sesuai alfabetis dari A-Z, nama
pengarang yang ditulis lebih dahulu adalah nama belakang, jika ada nama atau
buku asing maka sebaiknya didahulukan dulu untuk ditulis.
2.
Beri Tanda titik
sebagai jeda kemudian tulis tahun buku diterbitkan
3.
Selanjutnya beri
tanda titik lagi dan tulis judul buku yang dicetak miring atau ditulis tebal
dan diberi garis bawah.
4.
Beri tanda titik
lagi kemudian tulis kota tempat buku diterbitkan.
5.
Yang terakhir
setelah kota beri titik dua dan tulis penerbit buku tersebut
6.
Jika yang
dipakai referensi pengarangnya sama tapi bukunya berbeda, anda dapat
menuliskannya tepat dibawah nama penulis dan memberi garis panjang.
7.
Sebaiknya
dipisah antara referensi yang berasal dari buku, internet atau media cetak.
Contoh Penulisan Daftar Pustaka
1. Penulisan
daftar pustaka yang pengambilan datanya dari internet
Pertama :
tulis nama,
Kedua :
tulis (tahun buku atau tulisan dibuat dalam tanda kurung) setelah itu beri
(tanda titik),
Ketiga :tulis judul
buku/tulisannya lalu beri (tanda titik) lagi,
Keempat: tulis alamat websitenya gunakan kata (from) untuk awal judul web
dll setelah itu
beri tanda koma,
Kelima : tulis
tanggal pengambilan data tersebut ok.
Seperti contoh dibawah
ini:
· Albarda
(2004). Strategi Implementasi TI untuk Tata Kelola Organisasi (IT Governance).
From http://rachdian.com/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=27&Itemid=30,
3 August 2008
2. Penulisan daftar pustaka yang pengambilan datanya dari
buku
Pertama :penulisan
nama untuk awal menggunakan huruf besar terlebih dahulu setelah nama belakang
ditulis beri (tanda koma), dimulai dari nama belakang lalu beri (tanda koma)
dan dilanjutkan dengan nama depan,
Kedua :Tahun
pembuatan atau penerbitan buku,
Ketiga; Judul bukunya ingat ditulis dengan mengunakan huruf
miring setelah judul gunakan (tanda titik),
Keempat :Tempat diterbitkannya setelah tempat penerbitan gunakan
(tanda titik dua),
Kelima; Penerbit buku tersebut diakhiri dengan (tanda
titik).
Seperti contoh dibawah ini:
· Peranginangin,
Kasiman (2006). Aplikasi Web dengan PHP dan MySql. Yogyakarta: Penerbit Andi
Offset. · Soekirno, Harimurti ( 2005). Cara Mudah Menginstall Web Server
Berbasis Windows Server 2003. Jakarta: Elex Media Komputindo.
3. Penulisan daftar pustaka yang lebih dari satu/dua
orang penulis dalam buku yang sama.
Pertama :tulis nama belakang dari penulis yang pertama setelah
nama belakang beri (tanda koma) lalu tulis nama depan jika nama depan berupa
singkatan tulis saja singkatan itu setelah nama pertama selesai beri (tanda
titik) lalu beri (tanda koma) untuk nama kedua / ketiga ditulis sama seperti
nama sali alis tidak ada perubahan, yang berubah penulisannya hanya orang
pertama sedangkan orang kedua dan ketiga tetap. Setelah penulisan nama kedua
selesai, nah jika tiga penulis gunakan tanda dan (&) pada nama terakhir
begitupula jika penulisnya hanya dua orang saja, setelah penulisan nama
selesai,
Kedua :Tahun
pembuatan atau cetakan buku tersebut dengan diawali [tanda kurung buka dan
kurung tutup/ ( )] setelah itu beri (tanda titik).
Ketiga :Judul buku atau karangan setelah itu beri (tanda koma) dan ditulis
dengan huruf miring ok.
Keempat :Yaitu
penulisan tempat penerbitan/cetakan setelah itu beri (tanda titik dua : ) dan
terakhir
Kelima :Nama perusahaan penerbit buku atau tulisan tersebut dan diakhiri (tanda
titik) ok. Untuk gelar akademik tidak ditulis dalam penulisan daftar
pustaka.Nah ini contohnya Seperti dibawah ini:
· Suteja, B.R.,
Sarapung, J.A, & Handaya, W.B.T. (2008). Memasuki Dunia E-Learning,
Bandung: Penerbit Informatika.
· Whitten,
J.L.,Bentley, L.D., Dittman, K.C. (2004). Systems Analysis and Design Methods.
Indianapolis: McGraw-Hill Education.
4. Penulisan daftar pustaka Dengan
Banyak Pengarang/Penulis
Jika
dalam penulisan daftar pustaka memiliki banyak nama pengarang
Pertama :Hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik
Pertama :Hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik
Kedua :Untuk mengganti nama-nama pengarang lainnya gunakan singkatan
et all yang artinya dan lain-lain
contoh
penulisan banyak pengarang;
Morris, Alton C.,
et al. College English, the Firts Year. New York: Harcourt,
Brace&World.Inc., 1964.
5. Penulisan daftar pustaka Untuk
Buku hasil terjemahan
Untuk
penulisan daftar pustaka dari buku-buku terjemahan cara penulisannya
Pertama; Nama pengarang asli yang diurutkan dalam urutan alfabetis
Kedua; Keterangan tentang penerjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisah dengan tanda koma,
Pertama; Nama pengarang asli yang diurutkan dalam urutan alfabetis
Kedua; Keterangan tentang penerjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisah dengan tanda koma,
Contoh
Penulisannya:
Multatuli. Max
Havelaar, atau lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, Terj. H.B Jasin,
Jakarta: Djambatan, 1972
6. Cara Menulis Daftar Pustaka
yang Berasal dari Artikel Majalah atau Koran.
Nam Penulis ditulis terlebih dahulu
dilanjutkan dengan tanggal, bulan, dan tahun (jika ada). Nama majalah atau
Koran dicetak miring diikuti dengan domor halaman.
Contoh: Gardner, H. 1998. “Do Babies
Sing A Universal Song?”. Psychological
Today, hal.70
7. Cara
menulis Daftar Pustaka dari Koran Tanpa Penulis.
Nama Koran ditulis
terlebih dahulu diikuti dengan tanggal, bulan, tahun terbit, judul, dan nomor halaman.
Contoh:Kompas. 18 Maret 2005. “Rawan Pangan, Tanpa Basis Sumber Daya
Lokal”, hal. 41.
8. Daftar Pustaka di Karya
Terjemahan.
Nama penulis asli ditulis terlebih dahulu diikuti
tahun terbit tulisan asli, judul terjemahan, nama penerjemah tahu terjemahan,
nama tempat penerbitan dan nama penerbit terjemahan. Contoh: Eangleton, Terry.
1988. Teori Sastra: Satu Pengenalan. Terjemahan
oleh Mohammad Haji Saleh.2004. kualahlumpur: Dewan Baasa dan Pustaka.
9. Daftar Pustaka dari Skripsi,
Tesis, atau Disertasi
Nama penulis diikuti
dengan tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi,tesis, atau
disertasiyang diapit dengan tanda kutip,
diikuti jenis karya ilmiah, nama kota tempat perguruan tinggi, nama fakultas,
dan nama perguruan tinggi. Contoh: Paramita, Pradnya.2007. ”Pengaruh
Bioteknologi Pertanian terhadap Proses Pematangan Tomat”.Skripsi. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar