BAB II
KAJIAN TEORI
A. Langkah-Langkah Dasar dalam Menulis
Menulis
merupakan suatu proses kreatif. Sebagai suatu proses kreatif, menulis harus
mengalami suatu proses yang secara sadar dilalui dan secara sadar pula dilihat
hubungan satu dengan yang lain, sehingga berakhir pada suatu tujuan yang jelas.
Sebagai suatu proses, menulis terdiri atas berbagai tahap sebagai berikut;
a. Tahap Prapenulisan
Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup
beberapa langkah kegiatan antaranya:
1)
Pemilihan
dan Penetapan Topik
Memilih dan
menetapkan topik suatu langkah awal yang penting, sebab tidak ada tulisantanpa
ada sesuatu yang hendak ditulis. Masalah pertama yang dihadapi penulis untuk
merumuskan tema sebuah karangan adalah topik atau pokok pembicaraan (Keraf,
1993: 126). Dalam memilih dan menempatkan topik ini diperlukan
adanyaketerampilanataupengetahuan atau kesungguhan.
Topik
tulisan adalah masalah atau gagasan yang hendak disampaikan di dalam tulisan.
Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalaam memilih topik adalah: (a) topik itu ada manfaatnya
dan layak dibahas, (b) topik itu cukup menarik utamanya bagi penulis, (c) topik
itu dikenal baik, (d) bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai,
(e) topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit (Akhadiah,
1998:86).
2)
Menentukan Tujuan Penulisan dan Bentuk Karangan
Tujuan penulisan diartikan sebagai pola yang mengendalikan
tulisan secara menyeluruh (Akhadiah, 1998:89). Dengan menentukan tujuan
penulisan, diketahui apa yang ingin dilakukan pada tahap penulisan, bahkan apa
yang diperlukan, luas lingkup bahasan, pengorganisasian, dan mungkin juga sudut
pandang yang digunakan.
3) Bahan Penulisan
Bahan penulisan
ialah semua informasi atau data yang digunakan untuk mencapai tujuan penulisan.
Bahan tersebut mungkin berupa rincian, sejarah kasus, contoh, penjelasan,
definisi, fakta, hubungan sebab-akibat, hasil pengujian hipotesis, angka-angka,
diagram, gambar, dan sebagainya (Akhadiah, 1998:90).
Bahan-bahan dapat diperoleh dari berbagai sumber, dua sumber utama ialah pengalaman dan inferensi dari pengalaman.
Bahan-bahan dapat diperoleh dari berbagai sumber, dua sumber utama ialah pengalaman dan inferensi dari pengalaman.
4)
Menyusun Kerangka Karangan
Sebuah karangan
mengandung rencana kerja, memuat ketentuan pokok bagaimana suatu topik harus
diperinci dan dikembangkan.
Secara singkat Keraf (1993:132) mendefinisikan
kerangka karangan sebagai suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar
dari suatu karangan yang akan digarap.
b. Tahap Penulisan
Pada tahap ini
dibahas setiap butir yang ada di dalam karangan yang disusun.Ini berarti
digunakan bahan-bahan yang sudah diklasifikasikan menurut keperluan sendiri. Kadang pada tahap ini, disadari
bahwa masih diperlukan bahan lain.
1) Isi Karangan
Bagian isi karangan merupakan inti dari karangan itu
sendiri. Keraf (1993:134) membagi isi karangan yakni pendahuluan, tubuh
karangan, dan kesimpulan.
2) Kosakta atau Pilihan Kata
Achmadi (1990:34)
mendefinisikan pilihan kata adalah seleksi kata-kata untuk mengespresikan ide
atau gagasan atau perasaan. Dengan memilih kata persyaratan pokokyangharus diperlukan yaitu ketapan dan kesesuaian.
Persyaratan ketepatan menyangkut makna, aspek logika
kata-kata; kata-kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang
ingin diungkapkan. Persyaratan kesesuaian menyangkut kecocokan antara kata-kata
yang dipakai dengan kesempatan/situasi dan keadaan pembaca. Jadi, menyangkut aspek sosial kata-kata.
3) Kalimat Efektif
3) Kalimat Efektif
Kalimat yang
mengandung gagasan haruslah yang memenuhi syarat gramatikal.Memerlukan
persyaratan efektiviats artinya, kalimat itu harus memenuhi sasaran, mampu
menimbulkan pengaruh, meninggalkan pesan, atau menerbitkan selera pembaca.
4) Paragraf
Akhadiah (1998:33) memberikan batasan
paragraf tersusun dari beberapa buah kalimat, yang berhubungan satu dengan yang
lain sehingga merupakan kesatuan utuh untuk menyampaikan suatu maksud.
Paragraf
merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan ke dalam paragraf
tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama, atau kalimat topik,
kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling
bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah karangan.
c. Tahap Revisi
Tahap ini merupakan tahap yang paling
akhir dalam penulisan. Jika bahan seluruh tulisan sudah selesai, tulisan
tersebut perlu dibaca kemabali. Hasil bacaan perlu diperbaiki, dikurangi, atau mungkin juga diperluas.
B.Proses
Menulis
The power of
writing itu luar biasa. Kekuatan tulisan itu bisa lebih kuat
daripada senjata. Misal ada seseorang yang membawa senjata lalu menembakkan
senjata tersebut kepada seseorang dan kena kepalanya. Orang yang kena kepalanya
kira kira bagaimana? Mati atau paling tidak cacat. Peluru yang ditembakkan di
kepala kira-kira tertinggal dimana? Kira-kira tertinggal di kepala orang itu. Itu
adalah peluru.
Tapi kalau kita menuliskan sebuah
kata-kata, sebuah kalimat yang diperkuat dengan sebuah semangat untuk menuliskannya
lalu ditembakkan dan membentuk sebuah buku, sebuah tulisan, sebuah karya, maka
tulisan itu akan menembus bukan hanya satu kepala orang, dia akan menembus dua
orang, tiga orang, ratusan, ribuan, jutaan kepala bahkan dia tidak berhenti. Di satu waktu dia akan melintasi
batas waktu, melintasi batas geografis. The power of writing itu luar
biasa megalahkan senjata. Saya mungkin tidak akan hidup selamanya tapi tulisan
bisa membuat saya hidup lebih lama. Menulis adalah salah satu cara kita untuk
berkreasi tanpa lintas batas.
Tulisan Bisa Bertrasformasi
Tulisan bisa bertransformasi menjadi musik, film, komik, apa
saja. Bahkan tulisan bisa bertransformasi menjadi tiket pesawat. Tulisan bisa
bertransformasi melebihi apa yang dibayangkan. Hanya dengan sebuah buku Negeri
5 Menara bisa bicara di Kick Andy, lalu tahu-tahu ada orang nelpon: “Boleh
nggak dijadikan film?“Waktu syuting Negeri 5 Menara A. Fuadi melihat 150
orang naik turun masjid untuk syuting film, hal itu semua bermula karena sebuah
tulisan. Ketemu Yovie Widianto yg mengerahkan
segala macam seniman musik untuk soundtrack, semua itu awalnya karena tulisan.
Tulisan bisa bertransformasi menjadi apa saja.
WHY
Menulis harus diawali dengan satu pertanyaan besar, a big question, WHY? Kelihatannya filosofis tapi ini penting sekali. Ini tentang the power of intention. Kalau bahasa Islamnya ‘Nawaitu‘. Kalau kita menulis sebaiknya kita bertanya dulu ke dalam, “kenapa kita menulis?“ nggak ada yang tahu jawabannya selain kita dan yang di atas. Selain bertanya jawabannya juga harus ketemu supaya power menulisnya gede. Why besar itu adalah menjadi energi kita, menjadi pendorong. Staminanya ada disitu. Stamina menulis, WHY nya A fuadi: “Khoirunnas anfa uhum linnas“. Saya sudah bermanfaat tapi belum berbagi. Salah satu cara berbagi adalah dengan cara menulis. Modal menulis adalah: Kertas, bolpen dan HATI.
Menulis harus diawali dengan satu pertanyaan besar, a big question, WHY? Kelihatannya filosofis tapi ini penting sekali. Ini tentang the power of intention. Kalau bahasa Islamnya ‘Nawaitu‘. Kalau kita menulis sebaiknya kita bertanya dulu ke dalam, “kenapa kita menulis?“ nggak ada yang tahu jawabannya selain kita dan yang di atas. Selain bertanya jawabannya juga harus ketemu supaya power menulisnya gede. Why besar itu adalah menjadi energi kita, menjadi pendorong. Staminanya ada disitu. Stamina menulis, WHY nya A fuadi: “Khoirunnas anfa uhum linnas“. Saya sudah bermanfaat tapi belum berbagi. Salah satu cara berbagi adalah dengan cara menulis. Modal menulis adalah: Kertas, bolpen dan HATI.
WHAT
Apa yang harus saya tulis? Tulislah apa yg paling dekat dgn hati, yg paling kita peduli, yg paling kita suka, yg paling kita care. Tujuannya biar nggak bosen. Cara tahu apa yg kita peduli: tanya ke teman “Selama ini saya suka ngobrolin tentang apa sih?“ Tuliskan itu dan kita biasanya paling enjoy banget. Ada proses penemuan diri waktu di Gontor, dituliskan dalam bentuk novel. Senang sekali, semangat dan tidak ada beban.
Apa yang harus saya tulis? Tulislah apa yg paling dekat dgn hati, yg paling kita peduli, yg paling kita suka, yg paling kita care. Tujuannya biar nggak bosen. Cara tahu apa yg kita peduli: tanya ke teman “Selama ini saya suka ngobrolin tentang apa sih?“ Tuliskan itu dan kita biasanya paling enjoy banget. Ada proses penemuan diri waktu di Gontor, dituliskan dalam bentuk novel. Senang sekali, semangat dan tidak ada beban.
HOW
A fuadi tidak tahu cara menulis novel. Baca novel aja jarang. Tetapi dia menulis berita karena seorang wartawan. Karena tidak tahu caranya, maka belajar. Ada orang yg berbakat menulis novel dalam artian tidak perlu belajar. “Saya tidak berbakat menulis novel tapi saya berbakat belajar“
A fuadi tidak tahu cara menulis novel. Baca novel aja jarang. Tetapi dia menulis berita karena seorang wartawan. Karena tidak tahu caranya, maka belajar. Ada orang yg berbakat menulis novel dalam artian tidak perlu belajar. “Saya tidak berbakat menulis novel tapi saya berbakat belajar“
Istrinya membelikan buku”How to
write a novel”.
Yang kedua adalah RISET. Menulis
novel itu risetnya luar biasa. Risetnya bisa apa saja. Salah satunya adalah:
Pulang kampung ke Padang, bongkar2 lemari nyari2 tulisan yang dulu pernah
ditulis (bongkar2 diary). Surat surat yg ditulis waktu di Gontor, wawancara ke ibunya, apa yang dulu
terjadi. Riset lain: Riset Visual. Mencari foto2 lama, waktu di Gontor. Waktu
lihat foto langsung ingat suasana waktu di Gontor. Riset buku lama (buku tulis
waktu di gontor) Membaca sebanyak mungkin buku: buku2 yg menceritakan kehidupan
asrama, thesaurus, Kamus Bahasa Indonesia.
WHEN
Kapan menulisnya? Menulislah sekarang. Sehari menulis 1 halaman, 1 tahun 365 halaman. Paling tidak punya bahan untuk diedit & direvisi. Sedikit-sedikit lama2 menjadi buku. Menulis itu adalah masalah waktu & keinginan dan bertarung dengan kemalasan.
Kapan menulisnya? Menulislah sekarang. Sehari menulis 1 halaman, 1 tahun 365 halaman. Paling tidak punya bahan untuk diedit & direvisi. Sedikit-sedikit lama2 menjadi buku. Menulis itu adalah masalah waktu & keinginan dan bertarung dengan kemalasan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Menulis merupakan suatu proses kreatif. Sebagai suatu proses
kreatif, menulis harus mengalami suatu proses yang secara sadar dilalui dan
secara sadar pula dilihat hubungan satu dengan yang lain, sehingga berakhir
pada suatu tujuan yang jelas.
Langkah-langkah
menulis yang baik :
a.
Tahap Prapenulisan
·
Pemilihan dan penetapan topik
·
Menentukan tujuan penulisan dan bentuk
karangan
·
Bahan penulisan
·
Menyusun kerangka karangan
b.
Tahap Penulisan
·
Isi karangan
·
Kosakata atau pilihan kata
·
Kalimat efektif
·
Paragraf
c.
Tahap Revisi
Proses menulis
yang baik :
a.
Luruskan niat
b.
Subyek familiar
c.
Referensi dan visual
d.
Konsisten
Daftar Pustaka
Akhadiah Sabarti dan Sakura (1986). Menulis.
Jakarta: Kamnika
https://dunia baca.com/ Langkah- langkah menulis.html.
Keraf (1993). Menulis .Jakarta :Kamnika
http://odazzander.blogspot.com/2012/01/langkah-langkah-menulis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar