BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Paragraf Argumentatif
a.
Pengertian
Paragraf Argumentatif
Menurut Keraf (2007:3) argumentasi
adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan
pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh penulis. Melalui argumentasi penulis berusaha
merangkaikan fakta-fakta, sehingga penulis mampu menunjukkan apakah suatu
pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak.
Argumentasi merupakan dasar yang paling
fundamental dalam ilmu pengetahuan. Karena melalui argumentasi, penulis dapat
mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan untuk menyatakan sikap atau
pendapat mengenai suatu hal. (Keraf ,2007:3).
Pengertian paragraf argumentatif berdasarkan
uraian di atas adalah paragraf yang
berisi tentang ide atau gagasan yang disertai dengan alasan dan bukti-bukti
yang kuat agar dapat meyakinkan pembaca.
Dasar yang perlu diperhatikan sebagai
tolak argumentasi adalah :
1. Pengarang
harus mengetahui serba sedikit tentang subyek yang akan dikemukakannya ,
sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip ilmiahnya. Karena argumentasi
pertama-tama didasarkan pada fakta, informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang
meng-hunung-hubungkan fakta-fakta dan informasi-informasi tersebut. Dengan
mengetahui serba sedikit obyek yang akan dikemuka-kannya, serta mengetahui
prinsip ilmiah yang mencakup subyek tadi, maka penulis dapat memperdalam
masalah tersebut dengan penelitian, observasi, dan autoritas untuk memperkuat
data atau informasi yang telah diperolehnya (Keraf, 2007: 108).
2. Pengarang
bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang
bertentangan dengan pendapatnya sendiri(Keraf, 2007:102). mempertimbangkan
pendapat lawan orang lain bertujuan untuk mengetahui apakah di dalam
fakta-fakta yang diajukan oleh orang lain dapat digunakan untuk memecahkan
masalah ataupun untuk memperkuat pendapat sendiri.
Selain dua prinsip dasar di atas, ada tiga
prinsip lain yang harus diperhatikan oleh penulis sebelum membuat tulisan argumentatif.
Ketiga prinsip tambahan tersebut adalah sebagai berikut :
3. Penulis
argumentatif harus berusaha mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas,
menjelaskan mengapa memilih topik tersebut, dan mengemukakan pula konsep-konsep
serta istilah-istilah dengan tepat.
4. Penulis
harus menyelidiki persyaratan mana yang diperlukan untuk memperkuat
tujuan-tujuan yang mencakup persoalan yang akan dibahas.
5. Tulisan
argumentatif harus mampu menyampaikan maksud dan tujuan dalam penyampaian sebuah
masalah.
Persoalan-persoalan dalam tulisan
srgumentatif dibatasi oleh :
1. Argumentasi
harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap atau keyakinan orang mengenai
topik yang akan diargumentasikan.
2. Penulisan
argumentasi harus menghindari istilah-istilah yang dapat menimbulkan prasangka
tertentu.
3. Tulisan
argumentasi harus mampu menghilangkan ketidak-sepakatan, karena tujuan
penulisan paragraf argumentasi adalah
menghilangkan ketidaksepakatan itu.
4. Jika
ada ketidaksepakatan, penulis harus mampu menghilangkan ketidaksepakatan itu (Keraf,
2007:104).
b.
Ciri-Ciri
Paragraf Argumentatif.
1. Bersifat nonfiksi atau ilmiah;
2. Bertujuan menyakinkan orang lain
bahwa apa yang dikemukakan merupakan kebenaran;
3. Dilengkapi bukti-bukti berupa data,
tabel, dan gambar;
4. Ditutup dengan kesimpulan.
c.
Bentuk-Bentuk
Penulisan Paragraf Argumentatif.
1.
Pola
sebab-akibat.
Paragraf yang bertolak dari suatu
peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang diketahui lalu bergerak maju menuju
pada suatu kesimpulan sebagai efek akibat.
2.
Pola
akibat-sebab
Paragraf yang bertolak dari suatu
peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui. Kemudian bergerak menuju
sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi.
B.
Paragraf Persuasif
a.
Pengertian
Paragraf Persuasif
Persuasif
adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk me-yakinkan seseorang agar
melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara atau penulis pada waktu ini atau
pada waktu yang akan datang (Keraf, 2007:118).
Menurat Keraf (2007:121-124) Dasar-dasar persuasi dalam bukunya Rhetorica, aristoteles mengemukakan tiga syarat.
Pertama watak dan kredibilitas pembicaraan. Kedua, kemampuan pembucara mengendalikan emosi para hadirin.
Ketiga, bukti-bukti atau fakta-fakta yang diperlukan untuk membuktikan suatu
kebenaran.
1.
Watak
dan kredibilitas
Karakter
atau watak merupakan salah satu faktor yang selalu harus diperhitungkan sesuai
dengan harapan penulis. Watak dan seluruh kepribadian penulis dapat diketahui
dari seluruh karangannya. Daya yang dipakai, pilihan kata, struktur kalimat,
tema, dan sebagainya merupakan
keseluruhan atau totalitas penulis. Singkatnya orang yang akan mengadakan
persuasi harus memiliki kualitas yang baik dan mempunyai keperrcayaan dalam
segala hak memiliki watak serta kemmpuan berpikir secara teratur,
mmemperlihatkan simpati, memperlihatkan sikap mempercayai orang lain agar orang
atau pendengar juga mempercayai apa yang kita katakana.
2.
Kemampuan
mengendalikan emosi
Pengertian
mengendalikan emosi diartikan sebagai kesa-nggupan pembicara untuk mengobarkan
emosi dan sentiment hadirin, maupun kesanggupan memudakan atau memadamkan emosi
dan sentiment itu. Kemampuan tersebut, sekaligus juga merupakan aspek perbedaan
yang lain antara argumentasi dan persuasi.
Peesuasi
diarahkan kepada pengendalian emosi sehingga hadirin tidak diberi kesempatan
untuk berpikir atau menilai persoalan. Logika, perincian fakta yang dijelaskan
dengan sentuhan emosi harus sanggup menimbulkan tenaga untuk mencapai
kesepakatan yang dijadikan sebagai tujuan pengendalian emosi.
3.
Bukti-bukti
Syarat
ketiga yang diperlukan agar pembicara dapat berhasil dalam persuasi adalah
kesanggupan untuk menyodorkan bukti-bukti (evidensi) penulisan bahasa
argumentasi maupun persuasi sama-sama menggunakan logika. Perbedaannya terletak
dalam kadar argumen-nya. Argumentasi menggunakan evidensi semaksimal mungkin.
Per-suasi yang dilakukan pembicara harus dapat diandalkan kebenarannya dan
tidak terlalu abstrak sifatnya bagi para hadirin.
b.
Ciri-Ciri
Paragraf Persuasif
1.
Ada fakta atau bukti untuk mempengaruhi atau membujuk
pembaca;
2.
Bertujuan mendorong, mempengaruhi dan membujuk pembaca;
3.
Menggunakan bahasa secara menarik untuk memberikan sugesti
(kesan) kepada pembaca.
c.
Bentuk Tulisan Paragraf Persuasif
Contoh :
Beras
organik lebih menguntungkan daripada beras non-organik. Mutu beras organik
lebih sehat , awet, dan lebih enak. Selain itu, beras organik tidak mencemari
lingkungan karena tidak me-nggunakan bahan kimia.Keuntungan yang didapat para
petani beras organik juga lebih tinggi. Petani beras organik mendapatkan
ke-untungan 34 % dari biaya prduksi, sedangkan petani beras nonorganik hanya
mendapat keuntungan 16 % dari biaya produksi. Oleh karena itu, mari kita
bertani dengan cara organik agar lebih mnguntungkan dan dapat meningkatkan
taraf hidup.
C.
Paragraf Naratif
a.
Pengertian
Paragraf Naratif
Menurut
Nurudin (2010 :71), narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan,
mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah
peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu
tertentu. Sehingga pengertian paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan
tentang peristiwa atau kejadian tertentu secara urut berdasarkan waktu ter-jadinya.
Paragraf
naratif di bedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1.
Naratif
Ekspositoris (Narasi Teknis)
Narasi
ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk me-nggugah pikiran para pembaca untuk
mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pikiran para pembaca sesudah membaca
cerita tersebut ( Keraf, 2007:186).
Karangan narasi ekpositoris bersifat
generalisasi, yaitu narasi yang menyampaikan suatu proses yang
umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan juga dapat dilakukan secara berulang-ulang
(Keraf, 2007: 187).
2.
Naratif
Sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang bertujuan untuk mem-berikan
suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat ter-sembunyi kepada para
pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat atau merasakan
tindakan atau perbuatan yang dirangkai dalam suatu kejadian atau peristiwa
tertentu.
b.
Ciri-Ciri Paragraf Naratif
1. Ada tokoh, tempat, waktu dan suasana
yang diceritakan;
2. Kejadian diurutkan sesuai urutan
waktu atau urutan peristiwa;
3. Tidak hanya terdapat pada karya
fiksi tetapi juga terdapat pada karya non fiksi.
D.
Paragraf Deskriptif
a.
Pengertian
Paragraf Deskriptif
Deskriptif dapat diartikan sebagai
gambaran, ulasan atau rincian. Menurut Finoza dalam Nurudin (2010:60).
Deskriptif adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pe-ngalaman
pembaca dengan jalan melukiskan objek
yang sebenarnya. Dalam tulisan
deskriptif, penulis tidak boleh mencampuradukkan keadaan yang sebenarnya dengan interprestasinya
sendiri.
Paragraf
Deskriptif adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil
penelitian, pengamatan, perasaan, dan pengalaman yang dialami oleh penulisnya.
Tujuan paragraf deskriptif adalah
pembaca memperoleh kesan atau informasi sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan
pengalaman penulisnya, sehingga seolah-olah pembaca melihat, merasakan, dan
mengalami sendiri obyek tersebut untuk mencapai kesan yang sempurna.
b.
Ciri-Ciri
Paragraf Deskriptif
1. Menggambarkan
sesuatu secara detail;
2. Penggambaran
tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan me-libatkan kesan indera;
3. Membuat
pembaca merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
c.
Bentuk
Tulisan Paragraf Deskriptif
1. Deskripsi
Imajinatif atau Impresionis
Deskripsi
Imajinatif atau Impresionis adalah paragraf yang melukiskan ruang atau tempat
berlangsungnya suatu peristiwa.
2. Deskripsi
faktual atau ekspositoris
Deskripsi
faktual atau ekspositoris adalah paragraf yang menggambarkan suatu hal atau orang
dengan mengungkapkan identitasnya secara apa adanya sehingga pembaca dapat
memba-yangkan keadaannya.
E.
Paragraf Eksposisi
a.
Pengertian
Paragraf Eksposisi
Eksposisi
berarti membuka dan memulai. Bahkan ada yang mengatakan exposition means explanation (ekposisi berarti penjelasan) ini berarti
tulisan eksposisi adalah tulisan yang berusaha untuk memberitahu, mengupas,
menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengartikannya dengan uraian (paparan) tentang maksud dan tujuan (misalnya sebuah karangan) (Nurudin, 2010:67).
Paragraf eksposisi adalah jenis paragraf
yang bertujuan untuk menerangkan dan menjelaskan sesuatu pemasalahan terhadap
pembaca agar pembaca mendapatkan gambaran
dan penjelasan detail tentang suatu permasalahan yang dimaksudkan
pengarang.
b.
Ciri-Ciri
Paragraf Eksposisi
1. Bersifat
nonfiksi atau ilmiah;
2. Bertujuan
untuk menjelaskan atau menerangakan suatu hal;
3. Bahasa
tulisan disampaikan secara lugas dengan menggunakan bahasa baku;
4. Tulisan
atau karangan bersifat netral dan tidak memihak ataupun memaksakan sikap
penulis terhadap pembaca.
c.
Bentuk
Tulisan Paragraf eksposisi
1.
Pola
pengembanga umum-khusus (Deduksi)
Pada pola ini paragraf eksposisi dikembangkan berdasar-kan hal-hal
yang bersifat umum, kemudian menjelaskan dengan kalimat-kalimat pendukung yang
khusus.
2.
Pola
pengembangan khusus-umum (Induksi)
Pola
paragraf yang dikembangkan berdasarkan hal-hal yang bersifat khusus, kemudian
dijelaskan dengan kalimat-kalimat yang bersifat umum.
3.
Pola
perbandingan
Paragraf
eksposisi yang isinya merupakan perbandingan antara kelebihan dan kekurangan,
kerugian dan keuntungan, serta kesamaan dan perbedaan.
Contoh
:
Lagu-lagu tersebut kurang
memperhatikan nilai yang ingin dita-namkan pada diri anak dan lebih
memperhatikan kebutuhan pasar. Jadi, temanya bersifat temporer karena mengikuti
perubahan selera pasar. Unsur kesamaan yang masih ditemukan dalam kedua
kelompok lagu ini ialah para pencipta lagu masih berusaha menciptakan irama
yang gembira dan ritme yang sederhana, seperti dalam kehidupan anak-anak itu
sendiri.
4.
Pola
analogi
Paragraf
eksposisis yang menunjukkan kesamaan-kesamaan dua hal yang bersamaan kelasnya
tetapi tetap memperhatikan kasamaan segi ataupun fungsi.
Contoh
:
Struktur suatu karangan atau buku
pada hakikatnya mirip atau sama dengan suatu pohon. Bila pohon dapat diuraikan
menjadi batang, dahan, ranting, dan daun, maka karangan atau buku dapat
diuraikan menjadi tubuh karangan, bab, sub – bab, dan paragraf. Tubuh karangan
sebanding dengan batang, bab sebanding dengan dahan, sub-bab sebanding dengan
ranting, dan paragraf sebanding dengan daun.
5.
Pola
pertentangan atau kontras
Paragraf yang mempertentangkan
dengan gagasan lain. Kata hubung (biarpun, walaupun,berbeda,berbeda dengan,
akan tetapi, sebaliknya, melainkan, namun, meskipun begitu.)
6.
Pola pengembangan klasifikasi
Pengembangan
paragraf dengan cara mengelompokkan hal-hal yang mempunyai kesamaan-kesamaan
tertentu.
Contoh
;
Pemerintah
akan memberikan bantuan rumah atau bangunan kepada korban gempa. Bantuan
pembangunan rumah atau bangunan tersebut disesuaikan tingkat kerusakannya.
Warga yang rumahnya rusak ringan mendapatkan bantuan sekitar 10 juta.warga yang
rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya
rusak berat mendapatkan sekitar 30 juta . Calon penerima bantuan tersebut
ditentukan oleh aparat desa setempat dengan pengawalan dari pihak LSM.
7.
Pola
pengembangan proses
Pola pengembangan paragraf yang ide
pokok paragrafnya disusun berdasarkan urutan proses terjadinya sesuatu.
8.
Pola pengembangan definisi
Paragraf
yang berupa pengertian atas istilah yang terkandung dalam kalimat topik yang
memerlukan penjelasan panjang agar maknanya tersampaikan kepada pembaca.
Contoh
:
Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit
dengan cara memasukkan oksigen murni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh
melalui darah.Ozone therapy merupakan terapi yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita
maupun sebagai pencegah penyakit.
9.
Pola
pengembangan contoh atau ilustrasi
Paragraf yang berfungsi untuk memperjelas suatu uraian,
khususnya uraian yang bersifat abstrak. Kata penghubung (contohnya,
umpamanya,misalnya).
Contoh :
Sampai hari ke-8, bantuan untuk para
korban gempa Yogyakarta belum merata. Hal ini terlihat di beberapa wilayah
Bantul dan Jetis. Misalnya, di Desa Piyungan. Sampai saat ini, warga Desa
Piyungan hanya makan singkong. Mereka mengambilnya dari beberapa kebun warga.
Jika ada warga yang makan nasi, itu adalah sisa-sisa beras yang mereka
kumpulkan dibalik reruntuhan bangunan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa
bantuan pemerintah kurang merata.
10. Pola pengembangan sebab akibat
Pola
pengembangan dimana sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan
akibat sebagai perincian pengemba-ngannya. Atau sebaliknya, akibat sebagai
gagasan utama, se-dangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu
dikemu-kakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar