Jumat, 27 Juni 2014

Bentuk-Bentuk Tulisan



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Paragraf  Argumentatif
a.      Pengertian Paragraf Argumentatif
Menurut Keraf (2007:3) argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis. Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta, sehingga penulis mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak.
Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Karena melalui argumentasi, penulis dapat mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal. (Keraf ,2007:3).
Pengertian paragraf argumentatif berdasarkan uraian di atas  adalah paragraf yang berisi tentang ide atau gagasan yang disertai dengan alasan dan bukti-bukti yang kuat agar dapat meyakinkan pembaca.
Dasar yang perlu diperhatikan sebagai tolak argumentasi adalah :
1.      Pengarang harus mengetahui serba sedikit tentang subyek yang akan dikemukakannya , sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip ilmiahnya. Karena argumentasi pertama-tama didasarkan pada fakta, informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang meng-hunung-hubungkan fakta-fakta dan informasi-informasi tersebut. Dengan mengetahui serba sedikit obyek yang akan dikemuka-kannya, serta mengetahui prinsip ilmiah yang mencakup subyek tadi, maka penulis dapat memperdalam masalah tersebut dengan penelitian, observasi, dan autoritas untuk memperkuat data atau informasi yang telah diperolehnya (Keraf, 2007: 108).
2.      Pengarang bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri(Keraf, 2007:102). mempertimbangkan pendapat lawan orang lain bertujuan untuk mengetahui apakah di dalam fakta-fakta yang diajukan oleh orang lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah ataupun untuk memperkuat pendapat sendiri.
Selain dua prinsip dasar di atas, ada tiga prinsip lain yang harus diperhatikan oleh penulis sebelum membuat tulisan argumentatif. Ketiga prinsip tambahan tersebut adalah sebagai berikut :
3.      Penulis argumentatif harus berusaha mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas, menjelaskan mengapa memilih topik tersebut, dan mengemukakan pula konsep-konsep serta istilah-istilah dengan tepat.
4.      Penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang diperlukan untuk memperkuat tujuan-tujuan yang mencakup persoalan yang akan dibahas.
5.      Tulisan argumentatif harus mampu menyampaikan maksud dan tujuan dalam penyampaian sebuah masalah.
Persoalan-persoalan dalam tulisan srgumentatif dibatasi oleh :
1.      Argumentasi harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap atau keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan.
2.      Penulisan argumentasi harus menghindari istilah-istilah yang dapat menimbulkan prasangka tertentu.
3.      Tulisan argumentasi harus mampu menghilangkan ketidak-sepakatan, karena tujuan penulisan paragraf argumentasi adalah  menghilangkan ketidaksepakatan itu.
4.      Jika ada ketidaksepakatan, penulis harus mampu menghilangkan ketidaksepakatan itu (Keraf, 2007:104).

b.      Ciri-Ciri Paragraf Argumentatif.
1.      Bersifat nonfiksi atau ilmiah;
2.      Bertujuan menyakinkan orang lain bahwa apa yang dikemukakan merupakan kebenaran;
3.      Dilengkapi bukti-bukti berupa data, tabel, dan gambar;
4.      Ditutup dengan kesimpulan.
c.       Bentuk-Bentuk Penulisan Paragraf Argumentatif.
1.      Pola sebab-akibat.
Paragraf yang bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang diketahui lalu bergerak maju menuju pada suatu kesimpulan sebagai efek akibat.

2.      Pola akibat-sebab
Paragraf yang bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui. Kemudian bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi.

B.     Paragraf  Persuasif
a.      Pengertian Paragraf Persuasif
Persuasif adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk me-yakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara atau penulis pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang (Keraf, 2007:118).
Menurat Keraf (2007:121-124) Dasar-dasar persuasi dalam bukunya Rhetorica, aristoteles mengemukakan tiga syarat. Pertama watak dan kredibilitas pembicaraan. Kedua, kemampuan pembucara mengendalikan emosi para hadirin. Ketiga, bukti-bukti atau fakta-fakta yang diperlukan untuk membuktikan suatu kebenaran.
1.      Watak dan kredibilitas
Karakter atau watak merupakan salah satu faktor yang selalu harus diperhitungkan sesuai dengan harapan penulis. Watak dan seluruh kepribadian penulis dapat diketahui dari seluruh karangannya. Daya yang dipakai, pilihan kata, struktur kalimat, tema, dan sebagainya merupakan keseluruhan atau totalitas penulis. Singkatnya orang yang akan mengadakan persuasi harus memiliki kualitas yang baik dan mempunyai keperrcayaan dalam segala hak memiliki watak serta kemmpuan berpikir secara teratur, mmemperlihatkan simpati, memperlihatkan sikap mempercayai orang lain agar orang atau pendengar juga mempercayai apa yang kita katakana.
2.      Kemampuan mengendalikan emosi
Pengertian mengendalikan emosi diartikan sebagai kesa-nggupan pembicara untuk mengobarkan emosi dan sentiment hadirin, maupun kesanggupan memudakan atau memadamkan emosi dan sentiment itu. Kemampuan tersebut, sekaligus juga merupakan aspek perbedaan yang lain antara argumentasi dan persuasi.
Peesuasi diarahkan kepada pengendalian emosi sehingga hadirin tidak diberi kesempatan untuk berpikir atau menilai persoalan. Logika, perincian fakta yang dijelaskan dengan sentuhan emosi harus sanggup menimbulkan tenaga untuk mencapai kesepakatan yang dijadikan sebagai tujuan pengendalian emosi.
3.      Bukti-bukti
Syarat ketiga yang diperlukan agar pembicara dapat berhasil dalam persuasi adalah kesanggupan untuk menyodorkan bukti-bukti (evidensi) penulisan bahasa argumentasi maupun persuasi sama-sama menggunakan logika. Perbedaannya terletak dalam kadar argumen-nya. Argumentasi menggunakan evidensi semaksimal mungkin. Per-suasi yang dilakukan pembicara harus dapat diandalkan kebenarannya dan tidak terlalu abstrak sifatnya bagi para hadirin.
b.      Ciri-Ciri Paragraf Persuasif
1.      Ada fakta atau bukti untuk mempengaruhi atau membujuk pembaca;
2.      Bertujuan mendorong, mempengaruhi dan membujuk pembaca;
3.      Menggunakan bahasa secara menarik untuk memberikan sugesti (kesan) kepada pembaca.
c.       Bentuk Tulisan Paragraf Persuasif
Contoh :
Beras organik lebih menguntungkan daripada beras non-organik. Mutu beras organik lebih sehat , awet, dan lebih enak. Selain itu, beras organik tidak mencemari lingkungan karena tidak me-nggunakan bahan kimia.Keuntungan yang didapat para petani beras organik juga lebih tinggi. Petani beras organik mendapatkan ke-untungan 34 % dari biaya prduksi, sedangkan petani beras nonorganik hanya mendapat keuntungan 16 % dari biaya produksi. Oleh karena itu, mari kita bertani dengan cara organik agar lebih mnguntungkan dan dapat meningkatkan taraf hidup.

C.    Paragraf  Naratif
a.      Pengertian Paragraf Naratif
Menurut Nurudin (2010 :71), narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu. Sehingga pengertian paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan tentang peristiwa atau kejadian tertentu secara urut berdasarkan waktu ter-jadinya.
Paragraf naratif di bedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1.      Naratif Ekspositoris (Narasi Teknis)
Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk me-nggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pikiran para pembaca sesudah membaca cerita tersebut ( Keraf, 2007:186).
Karangan narasi ekpositoris bersifat generalisasi, yaitu  narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan juga dapat dilakukan secara berulang-ulang (Keraf, 2007: 187).

2.      Naratif Sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang bertujuan untuk mem-berikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat ter-sembunyi kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat atau merasakan tindakan atau perbuatan yang dirangkai dalam suatu kejadian atau peristiwa tertentu.

b.      Ciri-Ciri Paragraf Naratif
1.      Ada tokoh, tempat, waktu dan suasana yang diceritakan;
2.      Kejadian diurutkan sesuai urutan waktu atau urutan peristiwa;
3.      Tidak hanya terdapat pada karya fiksi tetapi juga terdapat pada karya non fiksi.

D.    Paragraf  Deskriptif
a.      Pengertian Paragraf Deskriptif
Deskriptif dapat diartikan sebagai gambaran, ulasan atau rincian. Menurut Finoza dalam Nurudin (2010:60). Deskriptif adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pe-ngalaman pembaca dengan jalan melukiskan  objek yang sebenarnya. Dalam  tulisan deskriptif, penulis tidak boleh mencampuradukkan keadaan  yang sebenarnya dengan interprestasinya sendiri.
 Paragraf Deskriptif adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil penelitian, pengamatan, perasaan, dan pengalaman yang dialami oleh penulisnya.
Tujuan paragraf deskriptif adalah pembaca memperoleh kesan atau informasi sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulisnya, sehingga seolah-olah pembaca melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut untuk mencapai kesan yang sempurna.

b.      Ciri-Ciri Paragraf Deskriptif
1.      Menggambarkan sesuatu secara detail;
2.      Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan me-libatkan kesan indera;
3.      Membuat pembaca merasakan sendiri atau mengalami sendiri.

c.       Bentuk Tulisan Paragraf Deskriptif
1.      Deskripsi Imajinatif atau Impresionis
Deskripsi Imajinatif atau Impresionis adalah paragraf yang melukiskan ruang atau tempat berlangsungnya suatu peristiwa.
2.      Deskripsi faktual atau ekspositoris
Deskripsi faktual atau ekspositoris adalah paragraf yang menggambarkan suatu hal atau orang dengan mengungkapkan identitasnya secara apa adanya sehingga pembaca dapat memba-yangkan keadaannya.

E.     Paragraf  Eksposisi
a.      Pengertian Paragraf Eksposisi
Eksposisi berarti membuka dan memulai. Bahkan ada yang mengatakan exposition means explanation (ekposisi berarti penjelasan) ini berarti tulisan eksposisi adalah tulisan yang berusaha untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikannya dengan uraian (paparan) tentang maksud dan tujuan  (misalnya sebuah karangan) (Nurudin, 2010:67). Paragraf eksposisi adalah  jenis paragraf yang bertujuan untuk menerangkan dan menjelaskan sesuatu pemasalahan terhadap pembaca agar pembaca mendapatkan gambaran  dan penjelasan detail tentang suatu permasalahan yang dimaksudkan pengarang.

b.      Ciri-Ciri Paragraf Eksposisi
1.      Bersifat nonfiksi atau ilmiah;
2.      Bertujuan untuk menjelaskan atau menerangakan suatu hal;
3.      Bahasa tulisan disampaikan secara lugas dengan menggunakan bahasa baku;
4.      Tulisan atau karangan bersifat netral  dan  tidak memihak ataupun memaksakan sikap penulis terhadap pembaca.

c.       Bentuk Tulisan Paragraf eksposisi
1.      Pola pengembanga umum-khusus (Deduksi)
Pada pola ini  paragraf eksposisi dikembangkan berdasar-kan hal-hal yang bersifat umum, kemudian menjelaskan dengan kalimat-kalimat pendukung yang khusus.
2.      Pola pengembangan khusus-umum (Induksi)
Pola paragraf yang dikembangkan berdasarkan hal-hal yang bersifat khusus, kemudian dijelaskan dengan kalimat-kalimat yang bersifat umum.
3.      Pola perbandingan
Paragraf eksposisi yang isinya merupakan perbandingan antara kelebihan dan kekurangan, kerugian dan keuntungan, serta kesamaan dan perbedaan.
Contoh :
Lagu-lagu tersebut kurang memperhatikan nilai yang ingin dita-namkan pada diri anak dan lebih memperhatikan kebutuhan pasar. Jadi, temanya bersifat temporer karena mengikuti perubahan selera pasar. Unsur kesamaan yang masih ditemukan dalam kedua kelompok lagu ini ialah para pencipta lagu masih berusaha menciptakan irama yang gembira dan ritme yang sederhana, seperti dalam kehidupan anak-anak itu sendiri.

4.      Pola analogi
Paragraf eksposisis yang menunjukkan kesamaan-kesamaan dua hal yang bersamaan kelasnya tetapi tetap memperhatikan kasamaan segi ataupun fungsi.
Contoh :
Struktur suatu karangan atau buku pada hakikatnya mirip atau sama dengan suatu pohon. Bila pohon dapat diuraikan menjadi batang, dahan, ranting, dan daun, maka karangan atau buku dapat diuraikan menjadi tubuh karangan, bab, sub – bab, dan paragraf. Tubuh karangan sebanding dengan batang, bab sebanding dengan dahan, sub-bab sebanding dengan ranting, dan paragraf sebanding dengan daun.
5.      Pola pertentangan atau kontras
Paragraf yang mempertentangkan dengan gagasan lain. Kata hubung (biarpun, walaupun,berbeda,berbeda dengan, akan tetapi, sebaliknya, melainkan, namun, meskipun begitu.)
6.      Pola pengembangan klasifikasi
Pengembangan paragraf dengan cara mengelompokkan hal-hal yang mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu.
Contoh ;
Pemerintah akan memberikan bantuan rumah atau bangunan kepada korban gempa. Bantuan pembangunan rumah atau bangunan tersebut disesuaikan tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak ringan mendapatkan bantuan sekitar 10 juta.warga yang rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak berat mendapatkan sekitar 30 juta . Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa setempat dengan pengawalan dari pihak LSM.

7.      Pola pengembangan proses
Pola pengembangan paragraf yang ide pokok paragrafnya disusun berdasarkan urutan proses terjadinya sesuatu.
8.      Pola pengembangan definisi
Paragraf yang berupa pengertian atas istilah yang terkandung dalam kalimat topik yang memerlukan penjelasan panjang agar maknanya tersampaikan kepada pembaca.
Contoh :
Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen murni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah.Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.
9.      Pola pengembangan contoh atau ilustrasi
Paragraf yang berfungsi untuk memperjelas suatu uraian, khususnya uraian yang bersifat abstrak. Kata penghubung (contohnya, umpamanya,misalnya).
Contoh :
Sampai hari ke-8, bantuan untuk para korban gempa Yogyakarta belum merata. Hal ini terlihat di beberapa wilayah Bantul dan Jetis. Misalnya, di Desa Piyungan. Sampai saat ini, warga Desa Piyungan hanya makan singkong. Mereka mengambilnya dari beberapa kebun warga. Jika ada warga yang makan nasi, itu adalah sisa-sisa beras yang mereka kumpulkan dibalik reruntuhan bangunan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa bantuan pemerintah kurang merata.

10.  Pola pengembangan sebab akibat
Pola pengembangan dimana sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengemba-ngannya. Atau sebaliknya, akibat sebagai gagasan utama, se-dangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemu-kakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar