Prasasti
Tengaran / Prasasti Geweg
Sejarah awal mula desa tengaran. Prasasti Tengaran disebut juga
Prasasti Geweg secara administratif terletak di Desa Tengaran, Kecamatan
Peterongan, Jombang. Letak prasasti ini masih insitu (berada pada
posisinya semula). Saat ini wilayah di sekitar prasasti ini berada merupakan
areal persawahan. Rute untuk menuju Prasati Tengaran sebagai berikut: Jombang –
Jl. Gus Dur – Jl. Soekarno Hatta – belok ke arah Terminal Jombang – perempatan
terminal lurus ke utara mentok belok kiri – pertigaan belok kanan lurus ikuti
jalan – Desa Tengaran.
Prasasti
Tengaran terbuat dari batu andesit dengan tinggi 124 cm dan lebar 78 cm.
Ditulis dengan aksara Jawa kuno dalam bahasa Jawa kuno. Tersusun menjadi 7
baris pada sisi A dan 16 baris pada sisi B.
Di sekitar Prasasti Tengaran bisa dijumpai beberapa batu
bata kuno. Berikut perbandingan ukuran bata kuno dengan bata sekarang.
Prasasti
Tengaran disebut juga Prasasti Geweg karena prasasti ini memuat tentang
penetapan Desa Geweg sebagai sima. Desa Geweg merupakan desa kuno, sekarang masuk
dalam wilayah Desa Tengaran. Penetapan sima dilakukan pada tanggal 6 Paropeteng
bulan Srawana tahun 857 Saka (14 Agustus 935M) oleh Mahamantri pu Sindok san
srisanotunggadewa bersama rakyan sri parameswari sri wardhani Kbi
umisori. Pu Sindok merupakan raja Medang (Mataram Kuno) periode Jawa Timur,
sedangakan Kbi diduga merupakan permaisurinya.
GAMBARAN UMUM DESA
Sejarah Desa / Asal Usul Desa Tengaran.
Legenda
yang dapat dibukukan sebagai sejarah Desa Tengaran Kecamatan Peterongan
Kabupaten Jombang ini, sumbernya digali dari beberapa narasumber, para tokoh –
tokoh, mahasiswa dan pelaku sejarah pada zaman dahulu, termasuk dari sejarah
prasasti atau disebut Gorit.
Berdasarkan
dari narasumber pada mulanya wilayah yang saat ini dinamakan Desa Tengaran
adalah pada zaman dahulu sebelum ada kerajan mojopahit di Desa kami didatangi
seorang Raja beserta istri dan anaknya, Raja tersebut bernama Empu Sendok dari
Kerajaan Jawa Timur diperkirakan Tahun 200 Masehi. Tujuan datang ke Desa kami
akan ke gunung Pucangan mencari putrinya yang bernama Dewi Kilisuci yang sedang
bertapa di gunung Pucangan, karena terhalang dengan sungai Brantas yang airnya
sangat deras, maka minta pertolongan kepada masyarakat Desa kami.
Dan
Masyarakat berusaha membuat perahu yang akan digunakan menyeberangkan Raja Empu
Sendok beserta keluarganya, lalu bisa berhasil sampai di sungai Brantas sebelah
Utara, maka sang Raja sangat berterima kasih kepada masyarakat Desa, atas
pertolonganya, kemudian sang Raja memberi hadiah Desa kami berupa tetenger yang
berupa Tugu Batu yang betuliskan huruf Sandi, yang artinya Selama Raja Empu
Sendok masih menjabat menjadi Raja maka Desa tersebut bebas dari Upeti ( Bebas
Pajak ).
Sang Raja memberi nama Tugu tersebut TENGORO, yang artinya
tengah Oro – Oro, jauh dari kerajaan atau jauh dari keramaian, masyarakat Desa
menyebut tugu tersebut adalah Tengeran maka semua masyarakat menyebut Desa kita
adalah Desa Tengaran. Asal dari Tengoro / Tengaran. Tugu tersebut
berukuran ± 1,5 m x 65 cm. karena masyarakat tidak bisa membaca tulisan
tersebut maka tugu tersebut dinamakan Gorit ( Tugu digarit-garit )
Dan
Tugu tersebut sering ditinjau oleh guru-guru Sejarah Se- Jawa Timur, pada Tahun
1992 ada seorang Mahasiswa dari UGM Yogyakarta datang untuk meninjau tugu
tersebut, dan benar batu berbentuk tugu tersebut peninggalan dari Raja Empuh
Sendok, dan tulisan dibaca, yang isinya pada waktu itu Desa Tengaran Bebas dari
Pajak.
Desa
Tengaran terbagi menjadi dua Dusun yaitu Dusun Tengaran dan Dusun Surobayan,
sampai sekarang.
Nama :
MADTHOHA
Tempat,Tanggal,Lahir : Jombang. 24 juni 1957
Usia :
58 tahun
Alamat :
Tengaran, Peterongan Jombang
Wawancara Narasumber 1 Kepada bapak
madthoha
Pewawancara : assalamu’alaikum. Wr.
Wb
Narasumber
: wa;alaikumsalam. Wr. Wb
Pewawancara : ngaputen pak, niki
kulo ingin bertanya tentang asal usul desa tengaran. Tolong diceritakan, karena
niki enten tugas dari kampus mengenai asal usul dan sejarah peninggalan desa.
disinikan ada prasasti tengaran. Tolong diceritakan asal mula berdirinya
prasasti tengaran itu bagaimana pak?
Narasumber
: begini nak. asal usulnya prasasti tengaran beginiloh. Pertama Sejarah awal mula desa tengaran.
Prasasti Tengaran disebut juga Prasasti Geweg.
Pewawancara : oh seperti itu? Terus kenapa kok bisa letaknya itu di
tengah sawah prasastinya itu pak?
Narasumber : seperti ini nak. secara
administratif prasasti tengaran itu terletak di Desa Tengaran, Kecamatan
Peterongan, Jombang. Letak prasasti ini masih (berada pada posisinya semula)
memang dari dulu tempatnya di tengah sawah.
Pewawancara: lah yang saya tanyakan. Kenapa kok bisa tempatnya ditengah
sawah gitu pak.
Narasumber : iya nak. seperti ini
kenapa prasastinya terletak di tengah sawah. Dulu itu tidak ada yang namanya
sawah, tetapi semua itu hanya seperti hutan – hutan (alas) lah disitu orang
dulu menyebut gapuranya jombang. Setiap pertempuran semua pasukan itu bersiap –
siap disitu.
Pewawancara : terus prasasti tengaran kok bisa ada batu bata yang
ukuranya itu besar sekali. itu bagaimana pak ceritanya.
Narasumber
: gini nak. Prasasti Tengaran terbuat dari batu andesit dengan tinggi 124 cm
dan lebar 78 cm. Ditulis dengan aksara Jawa kuno dalam bahasa Jawa kuno.
Tersusun menjadi 7 baris pada sisi A dan 16 baris pada sisi B.
Pewawancara : terus prasasti tengaran kenapa
kok di namakan prasasti gewek. Kan sudah jelas dipapan bertuliskan prasasti
tengaran. Tapi kenapa kok banyak orang nyebutnya itu prasasti gewek.
Narasumber
: Prasasti Tengaran disebut juga Prasasti Geweg karena prasasti ini memuat
tentang penetapan Desa Geweg sebagai sima. Desa Geweg merupakan desa kuno,
sekarang masuk dalam wilayah Desa Tengaran. Penetapan sima dilakukan pada
tanggal 6 Paropeteng bulan Srawana tahun 857 Saka (14 Agustus 935M) oleh Mahamantri pu Sindok san srisanotunggadewa bersama rakyat sri parameswari sri wardhani Kbi umisori. Pu Sindok niku merupakan rojo Medang (Mataram Kuno) periode Jawa Timur, terus Kbi niku diduga merupakan permaisurine. Terus desa tengaran terbentuk
menjadi dua yaitu dusun surobayan kale tengaran ini nak.
Narasumber
: seperti itu ngge pak. Engge matur suwun pak.
Nama :
SUWAWI
Tempat,Tanggal,Lahir : Jombang. 19 Maret 1951
Usia :
64 tahun
Alamat :
Tengaran, Peterongan Jombang
WAWANCARA NARASUMBER 2 KEPADA KAKEK
SUWAWI
Pewawancara
: assalamu’alikum. Ngapunten kek bade tangglet, tangglet masalah asal usul desa
tengaran kale prasassti tengaran mbah.. tolong ngge dijelasaken. Soale niki
wonten tugas kuliah masalah sejarah desa mbah.
Narasumber
: wa’alaiukumsalam ndok. Enggeh. Ngetenloh. Asal usule desa tengaran niki.
Mbah
ndamel bahasa Indonesia nopo bahasa Jawa.
Pewawancara
: engge bahasa Indonesia mawon mbah lebih baik. Heheheheh
Narasumber : ngeten ndok. Legenda yang
dapat dibukukan sebagai sejarah Desa Tengaran Kecamatan Peterongan Kabupaten
Jombang ini, sumbernya digali dari beberapa narasumber, yaitu para tokoh –
tokoh, mahasiswa dan pelaku sejarah pada zaman dahulu, termasuk dari sejarah
prasasti atau disebut Gorit.
Pewawancara : terus awal mulanya yang dinamakan desa
tengaran itu bagaimana mbah?
Narasumber : mulanya wilayah yang saat ini dinamakan
Desa Tengaran adalah pada zaman dahulu sebelum ada kerajan mojopahit di Desa
kami didatangi seorang Raja beserta istri dan anaknya, Raja tersebut bernama
Empu Sendok dari Kerajaan Jawa Timur diperkirakan Tahun 200 Masehi. Tujuan
datang ke Desa kami akan ke gunung Pucangan mencari putrinya yang bernama Dewi
Kilisuci yang sedang bertapa di gunung Pucangan, karena terhalang dengan sungai
Brantas yang airnya sangat deras, maka minta pertolongan kepada masyarakat Desa
kami. Terus Masyarakat niki berusaha membuat perahu yang akan digunakan
menyeberangkan Raja Empu Sendok beserta keluarganya, lalu bisa berhasil sampai
di sungai Brantas sebelah Utara, maka sang Raja sangat berterima kasih kepada
masyarakat Desa, atas pertolonganya, kemudian sang Raja memberi hadiah Desa
kami berupa tetenger yang berupa Tugu Batu yang betuliskan huruf Sandi, yang
artinya Selama Raja Empu Sendok masih menjabat menjadi Raja maka Desa tersebut
bebas dari Upeti ( Bebas Pajak ).
Pewawancara : oh begitu ngge mbah. Mungkin ada yang
lain mengenai asal asul desa tengaran mbah atau prasastinya itu.
Narasumber : enggeh ndok. Ngeten loh mbah critani
ngge. Pada zaman dahulu Sang Raja memberi nama Tugu tersebut TENGORO, yang
artinya tengah Oro – Oro, jauh dari kerajaan atau jauh dari keramaian,
masyarakat Desa menyebut tugu tersebut adalah Tengeran maka semua masyarakat
menyebut Desa kita adalah Desa Tengaran. Asal dari Tengoro / Tengaran.
Tugu Terus Desa Tengaran niki terbagi menjadi dua Dusun yaitu Dusun Tengaran
dan Dusun Surobayan, sampai sekarang.
Pewawancara : terus yang prasasti tengaran itu mbah
bagaimana ceritanya?
Narasumber : dulu iku ndok Prasasti Tengaran disebut Prasasti
Geweg karena prasasti ini memuat tentang penetapan Desa Geweg sebagai sima.
Desa Geweg merupakan desa kuno, sekarang masuk dalam wilayah Desa Tengaran.
Penetapan sima dilakukan pada tanggal 6 Paropeteng bulan Srawana tahun 857 Saka
(14 Agustus 935M) oleh Mahamantri pu Sindok
san srisanotunggadewa bersama
rakyan sri parameswari sri wardhani Kbi umisori. Pu Sindok merupakan
raja Medang Mataram Kuno periode Jawa Timur, sedangakan Kbi diduga merupakan
permaisurinya. Prasasti Tengaran terbuat dari batu andesit dengan
tinggi 124 cm dan lebar 78 cm. Ditulis dengan aksara Jawa kuno dalam bahasa
Jawa kuno. Tersusun menjadi 7 baris pada sisi A dan 16 baris pada sisi B. Lah
biyen niku wonten sing ngunjungi prasasti niki prasasti tengaran sing prasasti
tugu niku. Tugu
tersebut sering ditinjau oleh guru-guru Sejarah Se- Jawa Timur, pada Tahun 1992
ada seorang Mahasiswa dari UGM Yogyakarta datang untuk meninjau tugu tersebut,
dan benar batu berbentuk tugu tersebut peninggalan dari Raja Empuh Sendok, dan
tulisan dibaca, yang isinya pada waktu itu Desa Tengaran Bebas dari Pajak.
Ngonten ndok.
Pewawancara
: oh nggempun matursuwun mbah, sampundi dikasih tau. Mengenai asal usul desa
tengaran kale prasasti tengaran niku mau.
Narasumber
: ngge ndok samisami, mriki male tangglet male tidak apa – apa ndok. Mbah malah
senang jek enten yang mau tanya – tanya sejarah dulu – dulu.
Pewawancara
: ngge mbah. Matur suwun ngge,